Monday, 29 November 2010

Ayahku seharga 20 ribu/jam

Cerita lama, tapi saya sangat suka. Akhirnya saya copypaste saja kisah ini.


Seorang pria pulang kantor terlambat, dalam keadaan lelah dan penat, saat menemukan anak lelakinya yang berumur 5 tahun menyambutnya di depan pintu.

"Ayah, boleh aku tanyakan satu hal?"

"Tentu, ada apa?"

"Ayah, berapa rupiah ayah peroleh tiap jamnya?"

"Itu bukan urusanmu. Mengapa kau tanyakan soal itu?" kata si lelaki dengan marah.

"Saya cuma mau tahu. Tolong beritahu saya, berapa rupiah ayah peroleh dalam satu jam?" si kecil memohon.

"Baiklah, kalau kau tetap ingin mengetahuinya. Ayah mendapatkan Rp 20 ribu tiap jamnya."

"Oh," sahut si kecil, dengan kepala menunduk. Tak lama kemudian ia mendongakkan kepala, dan berkata pada ayahnya, "Yah, boleh aku pinjam uang Rp 10 ribu?"

Si ayah tambah marah, "Kalau kamu tanya-tanya soal itu hanya supaya dapat meminjam uang dari ayah agar dapat jajan sembarangan atau membeli mainan, pergi sana ke kamarmu, dan tidur. Sungguh keterlaluan. Ayah bekerja begitu keras berjam-jam setiap hari, ayah tak punya waktu untuk perengek begitu."

Si kecil pergi ke kamarnya dengan sedih dan menutup pintu. Si ayah duduk dan merasa makin jengkel pada pertanyaan anak lelakinya. Betapa kurang ajarnya ia menanyakan hal itu hanya untuk mendapatkan uang?

Sekitar sejam kemudian, ketika lelaki itu mulai tenang, ia berpikir barangkali ia terlalu keras pada si anak. Barangkali ada keperluan yang penting hingga anaknya memerlukan uang Rp 10 ribu darinya, toh ia tak sering-sering meminta uang. Lelaki itu pun beranjak ke pintu kamar si kecil dan membukanya.

"Kau tertidur, Nak?" ia bertanya.

"Tidak, Yah, aku terjaga," jawab si anak.

"Setelah ayah pikir-pikir, barangkali tadi ayah terlalu keras padamu," kata si ayah. "Hari ini ayah begitu repot dan sibuk, dan ayah melampiaskannya padamu. Ini uang Rp 10 ribu yang kau perlukan."

Si bocah laki-laki itu duduk dengan sumringah, tersenyum, dan berseru, "Oh, ayah, terima kasih."

Lalu, sambil menguak bantal tempatnya biasa tidur, si kecil mengambil beberapa lembar uang yang tampak kumal dan lecek. Melihat anaknya ternyata telah memiliki uang, si ayah kembali naik pitam. Si kecil tampak menghitung-hitung uangnya.

"Kalau kamu sudah punya uang sendiri, kenapa minta lagi?" gerutu ayahnya.

"Karena uangku belum cukup, tapi sekarang sudah," jawab si kecil.

"Ayah, sekarang aku punya Rp 20 ribu. Boleh aku membeli waktu ayah barang satu jam? Pulanglah satu jam lebih awal besok, aku ingin makan malam bersamamu."

Selengkapnya...

Thursday, 25 November 2010

Guru terbaik versi ADF

Pagi yang berkesan di tanggal 25 November 2010 menjadi hari yang memiliki makna tersendiri. SMAN 13 melaksanakan upacara memperingati Hari Guru dengan keunikan tersendiri - para guru menjadi petugas upacara. Banyak momen menarik dan menghibur, mulai dari bendera yang keseribet hingga lip-sync yang sangat kentara. Namun yang paling mengharukan adalah sesi pemberian bunga dari murid ke guru.

Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi tentang guru-guru yang paling berkesan selama saya bersekolah di SMAN 13. Meskipun semua guru baik, beberapa di antaranya memberikan impact yang sangat mendalam:

1. Ibu Eny - Guru yang Menginspirasi Diskusi

  • Sosok pertama yang saya kagumi saat masuk SMAN 13
  • Metode mengajar tidak textbook - menggunakan contoh kasus aktual
  • Mampu menciptakan suasana diskusi yang "panas" dan melibatkan seluruh kelas
  • Meski menggunakan bahasa yang "berat", murid-murid tetap terhenyak mendengarkan
  • Pelajarannya selalu ditunggu-tunggu, bahkan murid sering kecewa ketika jam pelajaran habis

2. Pak Irwan - The Friendly English Teacher

  • Sosok sederhana dengan senyum yang selalu mengembang
  • Membuat siswa nyaman dan berani mencoba tanpa takut salah
  • Quote favorit: "Bahasa Inggris itu pake taste, kalau dibikin ribet seperti bahasa Indonesia, kalian akan sulit mempelajarinya"

3. Bu Retno - Revolusioner PKN

  • Mengubah persepsi PKN yang "ngantuk dan membosankan"
  • Selalu menghidupkan suasana kelas
  • Pola pikir yang luar biasa dan menginspirasi
  • Role model bagi pendidikan Indonesia

4. Bu Septini - The Critical Thinker

  • Guru Sosiologi dengan pemikiran kritis
  • Komentar yang tajam namun membangun
  • Mendorong siswa untuk tidak mudah puas
  • Mengajarkan penggunaan logika dalam memahami Sosiologi

5. Bu Peni - The Motivator

  • Sikap keibuan dan supportive
  • Selalu memotivasi anak IPS untuk berprestasi
  • Metode mengajar matematika yang efektif
  • Nasihat-nasihatnya sangat bermakna

6. Bu Soleha - Master of Public Speaking

  • Dikenal "angker" tapi sangat bermanfaat
  • Memberikan tips berharga untuk public speaking
  • Kritik yang membangun untuk pengembangan diri
  • Membuat siswa menjadi lebih baik

7. Pak Adi - The History Storyteller

  • Membuka mata siswa tentang pentingnya sejarah
  • Saksi hidup perjuangan melawan komunisme
  • Membuat sejarah hidup melalui cerita-cerita personal

Urutan di atas hanyalah formalitas. Pada dasarnya, semua guru memiliki kemuliaan dalam niat mereka untuk membimbing dan mendidik kita menjadi orang yang berguna.

Selengkapnya...